Posts

Showing posts from October, 2019

Memilih Untuk Tidak Memilih

Image
" Ya abis gimana, gue nggak punya pilihan lagi !" Seberapa sering kita mendengar pernyataan semacam itu? Ada kalanya memang kita berada di dalam situasi yang rasanya mau tidak mau harus kita jalani, meski rasanya hati ingin memilih pilihan lain tapi kondisi sangat tidak memungkinkan. Kita lantas bertanya-tanya, mengapa Tuhan memberi jalan semacam ini? Lalu terjebak dalam situasi yang mengasihani diri sendiri, seolah menjadi orang paling menderita di dunia. Seperti yang dialami seorang kerabat saya, sebut saja namanya Anggrek (karena nama Mawar sudah terlalu banyak disebut). Ia terjebak dalam kondisi menikah dengan seseorang yang kerap kali menjadikannya sebagai korban kekerasan. Sang suami suka menipu dan memiliki hutang di mana-mana. Seringkali pulang dalam keadaan mabuk dan kemudian memukulinya. Kami, para kerabatnya, sudah seringkali memintanya untuk keluar dari institusi pernikahan semacam itu. Mulai dari mempertemukannya dengan seorang pengacara, dukun, bahkan mencar

Kekurangan Waktu

Image
Alkisah di suatu kota yang damai, para penduduknya senang menghabiskan waktu  untuk bercengkrama dan saling memperhatikan satu sama lain. Meski tidak berlimpah materi dan hidup di kota kecil yang sederhana, namun mereka bahagia. Seringkali mereka menghabiskan senja bersama sembari memperhatikan anak-anak mereka bermain. Akan tetapi suatu hari, sekelompok pria berbaju abu-abu diam-diam mencatat segala kegiatan mereka dan kemudian mendatangi para penduduk kota satu per satu. Para pria berbaju abu-abu ini membeberkan betapa hidup penduduk kota itu sia-sia karena banyak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting. Definisi tidak penting yang dibeberkan oleh pria berbaju abu-abu ini adalah segala aktivitas yang tidak produktif, seperti bercengkrama dengan tetangga, merawat orang yang sakit, anak-anak bermain tanpa "konten edukatif", mendengarkan ocehan orang tua, dan lain sebagainya. Menurut para pria berbaju abu-abu ini, waktu yang hanya 24 jam sehari ini sebaiknya jangan s

Mengubah Budaya

Image
Pagi tadi, seorang kawan kami memberi kabar tentang kehamilannya yang sudah memasuki usia 16 minggu. Ia baru saja divonis tidak akan bisa melahirkan secara normal karena plasentanya menutupi jalan rahim. Kontan saja saya dan teman-teman yang sedang berkumpul saat mendengar kabar ini mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin vonis semacam itu diberikan di usia kandungan yang masih begitu dini? Mengingat masih banyaknya waktu, bukankah kemungkinan untuk si plasenta berpindah tempat itu masih ada? Atau kalaupun sebenarnya secara medis sudah tidak mungkin berubah, tidakkah seorang dokter selayaknya membesarkan hati pasiennya sembari tetap berharap pada kekuatan sugesti? Pembicaraan kami pun berlanjut tentang kasus demi kasus yang pernah kami terima sebagai objek industri kesehatan. Mudah sekali rasanya para dokter itu memberi vonis operasi atau segepok obat tanpa penegakkan diagnosa. Rasanya berbeda dengan dokter-dokter zaman dahulu yang bisa begitu telaten menghadapi pasien, menganalisa kon