Posts

Showing posts from March, 2020

Memilih Buku Untuk Pelajaran Akademis

Image
Melanjutkan cerita tentang bagaimana kami menjalani  keseharian homeschooling kami , kali ini saya ingin bercerita tentang pergulatan memilih buku-buku yang hidup serta menyusun kurikulumnya. Charlotte Mason ini sebenarnya sebuah filosofi pendidikan yang sangat penting dipelajari dasarnya dulu sebelum melaju pada teknisnya. Mempelajari fondasi dasar dari pendidikan CM ini sangat memudahkan dalam menjalani teknis hariannya. Namun merumuskan teknis harian yang sesuai dengan filosofi CM juga sebuah perjuangan tersendiri di awal. Jika sudah menemukan teknis harian yang pas, sambil terus pegang filosofinya, menjalani metode CM ini mudah dan menyenangkan. Salah satu tantangan di awal menggunakan metode CM untuk belajar akademis adalah menemukan kurikulum yang pas untuk keluarga kita. Ada banyak penyedia kurikulum CM, seperti  Ambleside Online  (AO),  Simply Charlotte Mason ,  Living Books Curriculum ,  Modern Charlotte Mason , dan lain-lain. Masing-masing disusun dengan dasar filosofi CM n

Keseharian Homeschooling Kami

Image
Dua tahun lalu saya pernah menulis tentang alasan memilih homeschooling di blog ini sampai terbagi menjadi 3 tulisan ( part 1 ,  part 2 ,  part 3 ). Beberapa kawan yang bertanya mengenai homeschooling kerap kali saya rujuk ke tulisan tersebut. Namun sepertinya kebanyakan kawan seringkali justru menanyakan proses seperti apa yang kami jalani dalam keseharian. Memang terkadang saya berbagi cerita keseharian di sosial media, tapi rasanya saya merasa punya hutang untuk bercerita secara garis besarnya seperti apa. Mumpung lagi slowing down, ada banyak waktu untuk menulis, maka ini cerita saya. Belajar Akademis Bahwa belajar bukan semata akademis barangkali sudah menjadi rahasia umum. Banyak praktisi homeschooling lain yang bahkan tidak menjadwalkan pembelajaran akademis dalam kesehariannya. Umumnya mereka belajar dari kesempatan yang datang atau belajar sesuai minat dan bakat anak. Sebaliknya, banyak pula anak homeschooling lain yang masih berjibaku dengan kurikulum diknas

Hasrat, Informasi dan Media

Image
Dua minggu yang lalu saya diundang untuk mengikuti diskusi tentang media anak di sebuah Perguruan Tinggi. Salah satu pemaparnya yang merupakan dosen di kampus tersebut menyampaikan bahwa dalam setiap media, apapun bentuknya, selalu ada pesan tertentu yang ingin disampaikan. Seperti contohnya karakter He-Man dalam film kartun anak-anak di masa lampau yang digambarkan sebagai sosok kekar dan kuat; memberi pesan bahwa begitulah anak laki-laki seharusnya, bukan yang lemah dan kerempeng. Paparan itu membuat saya mendadak teringat oleh pelajaran-pelajaran saya jaman kuliah dulu. Tentang bagaimana media membentuk masyarakat, yang mana tidak sekedar berhenti di membentuk opini namun juga mendorong aksi. Hal ini yang dulu membuat saya percaya bahwa cinta-cintaan anak muda itu adalah produk majalah sejenis G***S. Hasrat menyukai lawan jenis memang sudah ada secara alami, tapi manakala media memupuknya dengan kisah-kisah romantis maka tumbuh suburlah hasrat itu. Hasrat ini juga yang