Berbagi Puisi


Banyak orang berpendapat, buat apa sih belajar puisi? 
Tidak ada gunanya dalam kehidupan. 
Tidak bisa dijual. 
Membuang-buang waktu, dan semacamnya. 

Ah, kita memang hidup di tengah zaman utilitarianisme dan matrealisme, 
di mana segala sesuatu yang dianggap penting adalah hal yang bisa diukur dengan materi, 
yang dianggap berguna adalah yang bisa menghasilkan materi. 
Padahal, manusia bukan makhluk biologis semata. 
Manusia tidak hanya butuh roti dan asupan jasmani, tapi juga asupan akal budi.

Manusia butuh menjalin relasi dengan para pemikir masa lampau
Yang salah satu jenis pemikirannya tertuang dalam puisi.

Puisi dan sastra selau terkait dengan peradaban.
Peradaban besar selalu mewariskan karya sastra sepanjang masa yang tak lekang waktu.
Sastra Indonesia memang masih muda,
tapi kalau masih muda sudah kita tinggalkan dan bukan memupuknya agar terus berkembang,
Bukankah kelak ia akan mati?

Agar puisi Indonesia tak segera mati, mari kita gelorakan kembali.

Sehari-hari anak-anak saya memelajari puisi dalam keseharian akademis mereka. 
Lebih lengkapnya tentang apa pentingnya belajar puisi dan bagaimana kami belajar puisi bisa di dengar di bawah ini :






Masalahnya adalah kita sudah berjarak demikian jauh dengan para penyair besar Indonesia Kita tidak lagi mengenal mereka. Padahal menurut hemat saya, ada pesan penting yang ingin disampaikan para penyair itu kepada generasi-generasi di bawahnya. Oleh sebab itu, dalam laman ini saya akan berbagi puisi; membacakan puisi-puisi dari berbagai penyair yang barangkali bisa didengarkan di kala senggang atau sebagai bahan belajar bersama anak-anak. 

Saya memilih membacakannya alih-alih sekedar memajang tulisannya karena pengalaman pribadi dulu saat awal belajar puisi bersama si kakak. Waktu itu lama sudah saya tak berpuisi, sudah lupa bagaimana mendeklamasikannya. Namun agar si kakak tahu rasa puisi, saya rasa ia perlu mendengar deklamasi puisi yang pas; yang tidak terlalu datar namun juga tidak terlalu berlebihan. Untuk puisi-puisi terkenal, banyak pilihan pembacaannya di youtube, tapi tak semua puisi yang kami pelajari terkenal. Sebab itu saya merasa adanya media pembacaan puisi untuk mereka yang baru mempelajari puisi jadi hal penting. Oleh karena itu, kami tergerak untuk berbagi di sini.

Setiap serinya saya (dan anak-anak saya) akan membaca puisi dari sastrawan yang sama, agar kita bisa bersama menyelami alam pikir penyair tersebut. Jika ada masukan tentang penyair mana yang harus kami bacakan, tentu kami akan senang hati menerimanya.

Seri #1 : Sanusi Pane

Sanusi Pane Kesusastraan Modern Indonesia p12.jpg
Sumber : Wikipedia
Tidak ada alasan khusus mengapa saya memilih Sanusi Pane sebagai sastrawan pertama yang puisinya kami bacakan. Barangkali karena saya sedang membaca drama roman karyanya, Kertajaya, jadi mendadak teringat namanya saat menelusuri daftar penyair. Dari laman wikipedia, saya mendapat info bahwa beliau lahir di Muara Sipongi, Sumatra Utara tanggal 14 September 1905 dan meninggal di Jakarta tanggal 2 Januari 1968. Ia merupakan sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru yang karya-karyanya banyak diterbitkan antara tahun 1920-1940.

Dalam seri ini saya dan Taci, akan membacakan 6 puisi karya beliau.

1. Teratai


2. Sajak


3. Teja


4. Dibawa Gelombang



5. Sawah


6. Bersila




Selamat mendengarkan!

Comments

Popular posts from this blog

Educate Children To Be a Person

Bermain dengan Hasrat

Alasan Memilih Homeschooling - Part 2