Posts

Showing posts from 2020

Mempelajari Hukum Alam dalam Pendidikan

Image
Bagaimana cara supaya anak menurut? Bagaimana agar anak mau rajin belajar? Bagaimana supaya anak nggak main gadget terus? Seringkali dalam memikirkan soal pendidikan kita berkutat dengan segala permasalahan teknis seperti di atas. Padahal cara demi cara ini terkadang berbeda satu sama lain, sehingga ada kalanya kita kebingungan memilih mana cara yang paling tepat. Kita pun menguji coba cara ini itu dan mendapati bahwa cara satu tidak selalu bisa diterapkan pada semua anak. Akhirnya kita biasanya berhenti pada konsep : setiap orang itu unik dan memiliki caranya masing-masing. Ini betul! Setiap bayi yang lahir ke dunia memiliki kekhasan sifat masing-masing, Children Are Born Person . Akan tetapi bukan berarti segalanya unik lantas tak ada satupun hukum yang berlaku dalam proses ini bukan? Sama seperti proses makanan masuk ke dalam tubuh kita. Setiap tubuh memang memiliki keunikan masing-masing. Ada yang sakit perut saat makan cabai, ada yang tidak. Ada yang tak masalah dengan susu, ada y

Menjalani Hidup yang Utuh

Image
"Dulu aku pikir keajaiban itu tidak ada, tapi setelah kupikir pikir Tuhan sendiri adalah keajaiban..bahkan tubuh kita ini juga keajaiban" celoteh bungsu saya yang berumur 8 tahun baru-baru ini. Saya jadi terhenyak. Teringat perkataan yang mengatakan bahwa tubuh ini merupakan sebuah mesin paling canggih yang pernah ada di bumi. Saking canggihnya jadi seperti sebuah keajaiban. Manusia seakan tak pernah selesai menelusuri bagaimana cara kerja mesin ini. Selalu ada penelitian terbaru, penemuan terbaru, metode terbaru, dan semacamnya terkait mesin ini. Dari hal besar seperti denyut jantung, sampai kotoran hidung rasanya semuanya memang sebuah kesatuan sistem yang ajaib! Sayangnya, kita orang dewasa sudah terlalu terbiasa dengan semua ini sehingga kita menganggap hal ajaib ini sebagai sesuatu yang biasa. We take it for granted . Seolah oksigen yang masuk lewat lubang hidung dan memprosesnya dengan tim kerja pernafasan lainnya ini bukan sesuatu hal luar biasa yang bisa kita dapatkan

Belajar yang Kodrati

Image
Beberapa waktu lalu, murid-murid saya yang duduk di bangku SMA menceritakan tentang bagaimana mereka mengakali guru-guru mereka di sekolah agar bisa mencontek dengan aman saat ujian. Saya tahu ini hal yang lumrah dan sudah terjadi sejak zaman dulu, tapi saya tergelitik untuk menanyakan pada mereka alasan mereka mencontek. Jawabannya seperti yang saya duga, supaya dapat nilai bagus dan karena menghafal materi pelajaran itu melelahkan.  "Untuk apa menghafal kalau dalam satu menit kita sudah bisa dapat jawabannya di Google" seru salah seorang dari mereka. Ah, zaman sekolah dulu saya juga bukan penghafal yang baik. Saya tak pernah paham untuk apa menghafal sekian banyak teori untuk sekedar mampu menjawab soal ujian. Iming-iming nilai ujian yang bagus bukan alasan kuat bagi saya untuk menghafal. Namun anak-anak zaman now ini punya alasan yang lebih kuat untuk tidak perlu menghafal. Sebagai gudang informasi, Google sudah memiliki segala data yang dibutuhkan, dan hanya butuh sekian

Menekuni Narasi

Image
Beberapa tahun yang lalu, saat saya membacakan kisah tentang 9 anak dari 9 tempat yang berbeda dengan kepercayaan yang berbeda dari seri Child Craft edisi About Us pada sulung saya, ia menganggap kisah itu seperti menambah teman baru. Matanya berbinar-binar membayangkan rutinitas yang dilakukan anak-anak tersebut. Empatinya tumbuh karena menyadari bahwa tidak semua orang sama. Namun kemarin, saat membacakan cerita yang sama pada si bungsu di usia yang sama dengan kakaknya kala itu, responnya berbeda. Ia justru menghujani saya dengan beragam pertanyaan tentang detail dari kepercayaan dalam cerita itu. "Kenapa orang bisa lahir kembali? Ke mana memang sebenarnya jiwa manusia kalau ia sudah meninggal? Kenapa kok bisa percaya kalau binatang itu tuhan? " Saya menjadikan pertanyaan-pertanyaannya sebagai bahan diskusi yang menyenangkan dengannya. Namun perbedaan respon pada 2 anak yang dibacakan buku yang sama di usia yang sama, dengan bapak-ibu yang berpola pikir sama, ini meng

Memilih Buku Untuk Pelajaran Akademis

Image
Melanjutkan cerita tentang bagaimana kami menjalani  keseharian homeschooling kami , kali ini saya ingin bercerita tentang pergulatan memilih buku-buku yang hidup serta menyusun kurikulumnya. Charlotte Mason ini sebenarnya sebuah filosofi pendidikan yang sangat penting dipelajari dasarnya dulu sebelum melaju pada teknisnya. Mempelajari fondasi dasar dari pendidikan CM ini sangat memudahkan dalam menjalani teknis hariannya. Namun merumuskan teknis harian yang sesuai dengan filosofi CM juga sebuah perjuangan tersendiri di awal. Jika sudah menemukan teknis harian yang pas, sambil terus pegang filosofinya, menjalani metode CM ini mudah dan menyenangkan. Salah satu tantangan di awal menggunakan metode CM untuk belajar akademis adalah menemukan kurikulum yang pas untuk keluarga kita. Ada banyak penyedia kurikulum CM, seperti  Ambleside Online  (AO),  Simply Charlotte Mason ,  Living Books Curriculum ,  Modern Charlotte Mason , dan lain-lain. Masing-masing disusun dengan dasar filosofi CM n

Keseharian Homeschooling Kami

Image
Dua tahun lalu saya pernah menulis tentang alasan memilih homeschooling di blog ini sampai terbagi menjadi 3 tulisan ( part 1 ,  part 2 ,  part 3 ). Beberapa kawan yang bertanya mengenai homeschooling kerap kali saya rujuk ke tulisan tersebut. Namun sepertinya kebanyakan kawan seringkali justru menanyakan proses seperti apa yang kami jalani dalam keseharian. Memang terkadang saya berbagi cerita keseharian di sosial media, tapi rasanya saya merasa punya hutang untuk bercerita secara garis besarnya seperti apa. Mumpung lagi slowing down, ada banyak waktu untuk menulis, maka ini cerita saya. Belajar Akademis Bahwa belajar bukan semata akademis barangkali sudah menjadi rahasia umum. Banyak praktisi homeschooling lain yang bahkan tidak menjadwalkan pembelajaran akademis dalam kesehariannya. Umumnya mereka belajar dari kesempatan yang datang atau belajar sesuai minat dan bakat anak. Sebaliknya, banyak pula anak homeschooling lain yang masih berjibaku dengan kurikulum diknas

Hasrat, Informasi dan Media

Image
Dua minggu yang lalu saya diundang untuk mengikuti diskusi tentang media anak di sebuah Perguruan Tinggi. Salah satu pemaparnya yang merupakan dosen di kampus tersebut menyampaikan bahwa dalam setiap media, apapun bentuknya, selalu ada pesan tertentu yang ingin disampaikan. Seperti contohnya karakter He-Man dalam film kartun anak-anak di masa lampau yang digambarkan sebagai sosok kekar dan kuat; memberi pesan bahwa begitulah anak laki-laki seharusnya, bukan yang lemah dan kerempeng. Paparan itu membuat saya mendadak teringat oleh pelajaran-pelajaran saya jaman kuliah dulu. Tentang bagaimana media membentuk masyarakat, yang mana tidak sekedar berhenti di membentuk opini namun juga mendorong aksi. Hal ini yang dulu membuat saya percaya bahwa cinta-cintaan anak muda itu adalah produk majalah sejenis G***S. Hasrat menyukai lawan jenis memang sudah ada secara alami, tapi manakala media memupuknya dengan kisah-kisah romantis maka tumbuh suburlah hasrat itu. Hasrat ini juga yang