Percakapan Kaya vs Miskin

Beberapa waktu yang lalu Tara (7th) sempat membuat suatu pernyataan tentang kaya dan miskin. Bagi saya itu kesempatan baik untuk mengasah daya pikirnya. Jadi buru buru saya letakkan HP yang lagi ada di tangan saya dan menanggapi pertanyaannya.

Tara : Kalau besar nanti aku ingin punya toko trus kalau yang beli orang kaya aku suruh bayar tapi kalau orang miskin gak usah bayar.

Saya : Lalu bisa tahu dari mana orang itu kaya atau miskin?

Tara : Ya lihat aja kalau nggak punya rumah berarti miskin, kalau punya rumah kaya.

Saya : Loh ke toko kan gak bawa rumah..

Tara : Ya sudah lihat dari wajahnya. Kalau cantik berarti kaya, kalau bajunya udah jelek gitu berarti miskin.

Saya : Apa orang miskin tidak bisa cantik?

Tara : Ya bisa aja tapi kan bajunya nggak bagus.

Saya : Bisa aja kan bajunya bagus tapi sebenarnya tidak kaya?

Tara : Ya kalo buat makan aja susah harusnya nggak beli baju bagus dong

Saya : Ya tapi kan ada saja orang yang seperti itu.



Setelah itu percakapan teralihkan karena Tara memiliki imajinasi yang lain lagi. Definisi kaya dan miskinnya jelas belum selesai, tapi saya memang tidak ingin ia buru-buru mengambil kesimpulan terhadap sesuatu. Proses berpikir bukan hasil kerja semalam dan tidak bisa diuji dengan rangkaian test, tapi saya hanya ingin ia terbiasa untuk tidak menilai sesuatu sekedar dari sudut pandangnya saja. Dunia ini terlalu sempit untuk dilihat dari apa yang kita mau lihat saja. Banyak yang perlu dipelajari, dipahami, serta direfleksikan.

Comments

Popular posts from this blog

Educate Children To Be a Person

Bermain dengan Hasrat

Alasan Memilih Homeschooling - Part 2